Menyempurnakan Syahadat sebagai Kunci Surga

Orang-orang yang beriman tidak menjadikan kesibukan lain yang dapat melalaikan mereka dari amal-amal shalih tersebut dan Allah Swt  memudahkan bagi mereka sarana-sarana dan jalan-jalan yang dapat mengantarkan mereka kepada surga dengan ketundukan mereka dan telah menjadikan surga bagi mereka sebelum mereka sendiri diciptakan. Allah Swt, telah mengelilingi surga itu dengan perkara-perkara yang dibenci oleh hawa nafsu. Allah Swt,  telah mengeluarkan manusia ke bumi tempat mereka diuji siapa yang paling baik dalam beramal, dan Dia menjadikan waktu masuknya mereka ke dalam surga pada hari mereka menemui-Nya.

Allah Swt, telah menetapkan waktu dan jangka untuk kehidupan fana ini. Allah Swt, telah mempersiapkan surga itu dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia pun.

syahadat3Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata-mata tiada sekutu bagi-Nya, persaksian seorang hamba yang tidak pernah henti dari kebutuhan kepada rahmat dan karunia-Nya walaupun sekejap mata. Dan tidak ada seorang pun yang dapat merasa tamak dan ingin meraih surga dan menggapai kemenangan, melainkan dengan ampunan dan maghfirah-Nya.

Dan kami bersaksi bahwa Muhammad Saw, adalah hamba dan rasul-Nya, pilihan-Nya atas seluruh hamba-hamba-Nya, delegasi-Nya antara Dia dan hamba-hamba-Nya. Beliau adalah hujjah atas hamba-hamba-Nya, orang yang  diamanati atas wahyu-Nya. Muhammad Saw, telah diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, teladan bagi orang-orang yang  beramal, petunjuk bagi orang-orang yang  berjalan di atas jalur yang lurus, dan sebagai hujjah atas seluruh hamba. Beliau diutus sebagai teladan bagi menusia bagi seluruh alam semesta.

Beliau meninggalkan umatnya dalam petunjuk yang jelas, hujjah yang terang, sehingga para sahabat dan pengikutnya dapat melalui jalan yang lurus ke surga Allah Swt.  yang  penuh dengan kenikmatan. Namun banyak orang yang enggan malah memilih jalannya ke neraka yang penuh dengan siksaan dan hinaan. Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Semoga shalawat dan salam dari Allah Swt., malaikat, para rasul, nabi, hamba-hamba Allah Swt., orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Saw.

Setiap orang yang beriman pasti merindukan surga. Ia merindukan surga karena kehidupan yang hakiki dan abadi hanyalah kehidupan akhirat. Sebanyak apapun uang yang dimilikinya dan setinggi apapun pangkat dan jabatan yang didudukinya semasa hidup di dunia ini tetap saja tidak dapat memuaskan semuanya. Yang dapat dinikmati sebenarnya tidak lebih dari apa yang dapat dimakan dan dipakai dalam kesehariannya. Uang yang melimpah dalam rekeningnya, tanah dan kebun yang luas yang dimilikinya, rumah yang besar yang dibelinya, kendaraan yang mahal yang diperolehnya, tetap saja sebagai tumpukan harta yang secara formal miliknya, namun ia tidak bisa menikmati semuanya, apalagi saat ia sakit atau sedang menghadapi sakaratul maut. Semuanya hanyalah bayang-bayang atau kepemilikan semu belaka. Hal inilah yang diperingatkan Allah dalam Al-Quran sebagaimana firman-Nya:

Dihiaskan kepada manusia kecintaan syahwat berupa wanita, anak-anak, harta benda dari emas dan perak, dan kuda-kuda yang ditambatkan, dan binatang ternak, dan kebun. Semua itu hanya kenikmatan dunia semata, sedangkan di sisi Allah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imraan: 14)

Bagaimanakah potret orang yang merindukan surga itu? Potret itu dapat kita lihat pada generasi Islam pertama; para sahabat Rasul Saw, yang mulia dan generasi terbaik yang pernah dilahirkan ke dunia ini. Siapa yang tidak kenal dengan Khadijah, Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Shuhaib Ar-Rumi, Abdurrahman Bin Auf dan seterusnya? Bukti rindunya mereka kepada surga, Allah memberikan kepada mereka stempel “radhiyallahu ‘anhum” (Allah telah meridhai mereka), padahal mereka masih hidup di dunia.

Dan orang-orang yang terdahulu (generasi pertama Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah telah meridhai mereka dan merekapun ridha kepada-Nya dan Dia (Allah) telah menyiapkan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya bermacam-macam sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Demikian itu adalah kesuksesan yang amat agung (tanpa batas).” (QS. At Taubah: 100)

Ibarat sebuah pintu, surga membutuhkan sebuah kunci untuk membuka pintu-pintunya. Namun, tahukah Kita apa kunci surga itu? Bagi yang merindukan surga, tentu akan berusaha mencari kuncinya walaupun harus mengorbankan nyawa. Tetapi Kita tak perlu gelisah, karena kuncinya dijelaskan dalam hadits Rasul Saw.

“Barang siapa yang meninggal dan dia bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya, maka dia masuk surga.“ (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih).

Ternyata, kunci surga itu adalah dua kalimat syahadat yang begitu sering kita ucapkan. Namun semudah itukah surga dapat kita buka dan kita masuki? Ketahuilah, bahwa setiap kunci itu pasti bergerigi. Begitu pula kunci surga pasti memiliki gerigi. Jadi, pintu surga itu hanya bisa dibuka oleh orang yang memiliki kunci yang bergerigi.

Al Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya (3/109), bahwa seseorang pernah bertanya kepada Al Imam Wahab bin Munabbih (seorang tabi’in terpercaya dari Shan’a yang hidup pada tahun 34-110 H), “Bukankah Laa ilaaha illallah itu kunci surga?” Wahab menjawab: “Benar, akan tetapi setiap kunci pasti bergerigi. Jika engkau membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga itu akan dibukakan untukmu!”

Lalu, apa gerangan gerigi kunci itu Laa ilaaha illallah itu?

Ketahuilah, gerigi kunci Laa ilaaha illallah itu adalah syarat-syarat Laa ilaaha illallah. Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qashim Al Hambali An-Najdi rahimahullah, penyusun kitab Hasyiyyah Tsalatsatil Ushul, pada halaman 52 kitab tersebut menyatakan, syarat-syarat Laa ilaaha illallah itu ada delapan, yaitu:

Pertama: Al ‘Ilmu (Mengetahui)

Maksudnya adalah kita harus mengetahui arti dan makna Laa ilaaha illallah secara benar. Adapun artinya adalah: “Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, niscaya dia akan masuk surga.”(HR. Muslim).

SeKitainya Kita mengucapkan kalimat tersebut, tetapi Kita tidak mengerti maknanya, maka ucapan atau persaksian tersebut tidak sah dan tidak ada faedahnya.

Kedua: Al Yaqin (Meyakini)

Maksudnya adalah kita harus menyakini secara pasti kebenaran kalimat Laa ilaaha illallah tanpa ragu dan tanpa bimbang sedikitpun.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan aku adalah utusan Allah. Tidaklah seorang hamba bertemu dengan Allah sambil membawa dua kalimat syahadat tersebut tanpa ragu kecuali pasti dia akan masuk surga.” (HR. Muslim).

Ketiga: Al Qobul (Menerima)

Maksudnya kita harus menerima segala tuntunan Laa ilaaha illallah dengan senang hati, baik secara lisan maupun perbuatan, tanpa menolak sedikit pun. Kita tidak boleh seperti orang-orang musyrik yang digambarkan oleh Allah dalam Al-Quran:

“Orang-orang yang musyrik itu apabila di katakan kepada mereka: (ucapkanlah) Laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri seraya berkata: Apakah kita harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kita hanya karena ucapan penyair yang gila ini?” (QS. Ash Shaffat: 35-36).

Keempat: Al Inqiyad (Tunduk Patuh)

Maksudnya kita harus tunduk dan patuh melaksanakan tuntunan Laa ilaaha illallah dalam amal-amal nyata. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman: 

“Kembalilah ke jalan Tuhanmu, dan tunduklah kepada-Nya.“ (QS. Az Zumar: 54).

Allah Ta’ala juga berfirman:

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah).” (QS. Luqmaan: 22).

Kelima: Ash Shidq (Jujur atau Benar)

Maksudnya Kita harus jujur dalam melaksanakan tuntutan Laa ilaaha illallah, yakni sesuai antara keyakinan hati dan amal nyata, tanpa disertai kebohongan sedikit pun.

Dari Anas bin Malik, Nabi Shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang itu bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya, dia mengucapkannya dengan jujur dari lubuk hatinya, melainkan pasti Allah mengharamkan neraka atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keenam: Al Ikhlas (Ikhlas)

Maksudnya Kita harus membersihkan amalan Kita dari noda-noda riya’ (amalan ingin di lihat dan dipuji oleh orang lain), dan berbagai amalan kesyirikan lainnya.

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah semata-mata hanya untuk mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketujuh: Al Mahabbah (Cinta)

Maksudnya Kita harus mencintai kalimat tauhid, tuntunannya, dan mencintai juga kepada orang-orang yang bertauhid dengan sepenuh hati, serta membenci segala perkara yang merusak tauhid itu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Dan di antara manusia ada yang membuat tandingan-tandingan (sekutu) selain Allah yang dicintai layaknya mencintai Allah. Sedangkan orang-orang yang beriman, sangat mencintai Allah di atas segala-galanya.” (QS. Al Baqarah: 165).

Orang yang bertauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan orang musyrik mencintai Allah dan mencintai tuhan-tuhan yang lainnya. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa ilaaha illallah.

Kedelapan: Al Kufru bimaa Siwaahu (Mengingkari Sesembahan yang Lain)

Maksudnya kita harus mengingkari segala sesembahan selain Allah, yakni tidak mempercayainya dan tidak menyembahnya, dan juga kita harus yakin bahwa seluruh sesembahan selain Allah itu batil dan tidak pantas disembah. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan:

“Maka barangsiapa mengingkari thaghut (sesembahan selain Allah) dan hanya beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh pada ikatan tali yang amat kokoh (yakni kalimat Laa ilaaha illallah), yang tidak akan putus….” (QS. Al Baqarah: 256).

Saudaraku kaum muslimin, dari sini dapatlah kita ketahui, bahwa orang yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya dengan lisannya tanpa memenuhi syarat-syaratnya, dia bagaikan orang yang memegang kunci tak bergerigi, sehingga mustahil baginya untuk membuka pintu surga, walaupun dia mengucapkannya lebih dari sejuta kali. – Oleh Ust. Dr. H. Tajuddin Pogo, MA

Tinggalkan Komentar