Sambangi Keluarga “Istimewa” Tumirah, rasa pilu dan haru

Senin (7/2) menjelang siang, Tim Charity Dompet Sejuta Harapan (DSH) meluncur ke Bogoran 1/2, Jotangan, Bayat, Klaten. Dengan membawa paket sembako juga uang santunan, DSH menyambangi sebuah rumah sederhana tertanda Program Bantuan Rumah Swadaya Pemerintah Indonesia Tahun 2015. Keluarga dari pasangan suami istri Sunardi (62)-Tumirah (56) ialah yang dituju sebagai penerima manfaat kali ini.

Sebuah pemandangan cukup memilukan tertangkap pandang saat anggota keluarga ini lengkap menyambut kunjungan Tim DSH. Pasalnya, baik Sunardi maupun kedua putrinya, nampak tidak seperti kebanyakan orang. Ada keterbatasan yang dimiliki ketiganya, yang membuat mereka lain dari yang lain. Juga Tumirah sendiri, yang berjalan tertatih, pelan menuju depan rumah.

Satu dua obrolan disambung, tiga empat jawab tersampaikan, menguak tanda tanya besar bagaimana keluarga ini memiliki keterbatasan. Sejak kecil, kemampuan interaksi Sunardi tidak berkembang seperti orang pada umumnya. “Kurang genap” adalah label yang melekat pada beliau selama ini. Dan setelah menikah, beliau pun mendapat keturunan yang hampir sama dengan Sunardi. Kedua putri beliau yang masing-masing berusia 27 tahun dan 17 tahun juga diketahui “kurang genap”. Mereka tumbuh, namun nampak jelas kurang dalam perkembangan.

Belum selesai dengan kepiluan akan fakta tersebut, Tumirah, yang selama ini menjadi sosok paling normal di tengah keluarga beliau, menuturkan bahwa empat bulan yang lalu beliau jatuh hingga tidak bisa berjalan. Lagi, di musim penghujan ini tiga kambing beliau mati akibat kembung. Tiga kambing yang tadinya dibeli dari dana bantuan, yang diharapkan bisa menjadi tabungan agar tak terus menerus mengharap uluran tangan orang, habis tak bersisa. _Innalillaahi,_ ada getar dalam suara beliau menuturkan ujian demi ujian. Sesak yang dirasakan seakan cukup terobati dengan kabar ringannya tangan para tetangga membantu kebutuhan keluarga Tumirah. Allah ringankan hati warga setempat untuk bergotong royong menanggung biaya pengobatan juga terapi mandiri Tumirah. Sutarmi, tetangga terdekat keluarga istimewa ini, menjadi penyambung kedermawanan warga sekitar. Beliau juga yang memasak dan mengantarkan kebutuhan makan selama Tumirah tidak bisa jalan. Kepedulian warga tidak hanya pada saat Tumirah jatuh sakit. Namun sejak sebelumnya pun, kepedulian itu ada. Beberapa yang memiliki ternak, menggunakan jasa Sunardi untuk mencarikan rumput ternak mereka. Tetangga yang memiliki ladang, menggunakan jasa beliau untuk mencangkul. Dari sana, alhamdulillah ada pemasukan untuk menyambung hidup keluarga Sunardi._Maasyaallaah tabaarakallaah,_ sungguh tetangga yang baik hatinya adalah rezeki yang sangat patut disyukuri. Haru,

Tim Charity DSH menyaksikan eratnya persaudaraan tanpa ikatan darah ini. “Sing penting sing dingge maem tiap hari niku ada, untuk keseharian ada,” harap sederhana Sutarmi yang kurang lebih mewakili harapan warga setempat untuk keluarga Tumirah. _Allaahu akbar,_ semoga Allah mampukan kita untuk berbuat baik, menjadi jalan rezeki halal bagi orang lain yang membutuhkan. _Aamiin._

Tinggalkan Komentar