“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222).
Pembaca buletin Hidayah yang dirahmati oleh Allah, sungguh kita patut bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla, bahwa hari ini kita dijaga dalam nikmat besar Iman dan Islam. Allah juga menganugerahkan nikmat sehat kepada kita sehingga pada sayyidul ayyam ini kita dapat menunaikan shalat Jum’at. Shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya adalah penghapus dosa antara keduanya.
Manusia merupakan makhluk Allah yang bahkan disebutkan sebagai tempat salah dan lupa. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, dan karenanya Allah menyediakan sarana taubat, termasuk shalat wajib dan shalat Jum’at. Tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, dan karenanya Allah justru akan menggantikan kaum yang tidak pernah berbuat kesalahan. Seandainya kaum itu ada.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, Allah akan menggantikan kalian engan mendatangkan kaum yang mereka berbuat dosa kemudian memohon ampun kepada Allah, maka Allah pun mengampuni mereka.” (HR. Muslim)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyeru kita untuk bertaubat: “Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha”, (QS. At-Tahrim : 8)
Sebab Allah menghendaki hamba-Nya memperoleh ampunan dan surga.
Ada dua titik ekstrim bagi orang yang berdosa. Ekstrim pertama adalah mereka yang merasa dosanya terlalu besar hingga putus asa dari ampunan Allah. Maka, ia pun tidak kunjung bertaubat karena kekhawatiran taubatnya tidak diterima. Ekstrim kedua adalah mereka yang merasa dosa-dosanya mudah terhapus, hanya dosa-dosa kecil, sehingga membuatnya berlarut-larut dalam dosa demi dosa. Kalaupun bertaubat, ia hanya melakukan taubat sambal. Sekarang berhenti, nanti atau besok kembali mengulangi. Tidak pernah sungguh-sungguh melakukan taubat nasuha.
Untuk ekstrim pertama, lihatlah bagaimana seorang yang telah membunuh 99 nyawa. Saat ia bertanya kepada ahli agama apakah ada kesempatan bertaubat, ternyata dijawab tidak bisa. Lalu ia pun dibunuh sebagai orang ke-100 yang mati di tangannya. Niatnya bertaubat tidak berhenti. Ketika bertemu seorang alim, ia pun mengajukan pertanyaan yang sama. Oleh sang alim ini dijawab kalau dosanya bisa diampuni. Dan sebagai upaya taubat nasuha, ia dianjurkan hijrah ke suatu daerah yang kondusif bagi taubatnya. Di tengah jalan, ia meninggal. Hingga berdebatlah malaikat rahmat dan malaikat azab, orang ini menjadi urusan siapa. Keduanya lalu mengadukan perselisihan ini kepada Allah yang berkahir dengan ampunan bagi pembunuh yang benar-benar berniat bertaubat ini. Subhaanallah!
Contoh lain dialami oleh seorang wanita dari Juhanah. Ia yang tengah hamil datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia mengaku telah berzina dan kini ia hamil. Wanita itu bertaubat dan meminta ditegakkan hudud (rajam) atasnya. Rasulullah menyuruh wanita itu kembali untuk menjaga kandungannya sampai bayinya lahir. Setelah bayinya lahir ia datang lagi kepada Rasulullah. Rasulullah memintanya untuk kembali sampai anaknya tak lagi minum ASI. Kemudian setelah berlalu masa menyusi, wanita itu datang lagi meminta dirajam. Akhirnya ia dirajam. Rasulullah menshalatkan jenazahnya. “Ya Rasulullah, engkau menshalatinya padahal ia telah berbuat zina?” tanya Umar bin Khatab meminta penjelasan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Sungguh dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya dibagikan kepada 70 penduduk Madinah, taubat itu pasti mencukupinya. Apakah kamu menjumpai seseorang yang lebih utama daripada seorang yang mengorbankan dirinya untuk Allah Ta’ala? (HR. Muslim)
Adapun dosa kecil, seringkali kita terjebak pada sikap meremehkannya. Saat kita ghibah, bercanda yang sudah masuk kategori rafats (porno), bahkan bergaul dengan lawan jenis yang tidak islami, kita beralasan “itu kan dosa kecil, tidak apa-apa”. Padahal orang yang meremehkan dosa ia tidak sadar sedang berhadapan dengan siapa. Siapakah yang ia maksiati? Allah Azza wa Jalla, yang Maha Besar dan Maha Keras adzab-Nya. Jika kita mau memahami, sesungguhnya, tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus.
“Tidak ada dosa kecil selagi terus dikerjakan” (HR. Dailami), Ibarat sebuah bintik noda, dosa kecil pun akan mengotori hati. Semakin banyak dosa semakin banyak pula noda di hati.
Sesungguhnya, apabila seorang mukmin berbuat dosa, maka muncul bintik hitam dalam kalbunya. Kemudian jika ia bertaubat, meninggalkan dosa dan memohon ampun, maka hatinya bersih. Dan jika dosa-dosanya bertambah, bintik hitam itupun bertambah (HR. Ibnu Majah dan Ahmad, “hasan”)
Dosa yang tidak kita sadari.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kita untuk berdoa di pagi dan petang memohon perlindungan dari syirik yang kita ketahui dan memohon ampun dari syirik yang tidak kita sadari. Dan itulah mengapa, Rasulullah mencontohkan membaca istighfar, meminta ampun kepada Allah, tak kurang dari 70 kali dalam sehari semalam. Selain menghapus dosa kecil dan dosa yang tidak kita sadari, istighfar dan taubat juga menyempurnakan amal kita.
Mengapa setelah shalat dzikir pertama yang kita baca adalah istighfar? Agar kesalahan atau kelalaian kita dalam shalat diampuni Allah dan supaya shalat kita menjadi sempurna.
Marilah kita sambut seruan Allah untuk bertaubat sebelum kita terlambat. Allah meyediakan waktu taubat kita terbentang hingga sakaratul maut datang. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi ia belum sekarat” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Thabrani, Ibnu Hibban, dan Abu Ya’la)
“Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat maksiat di siang hari bertaubat, dan Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat maksiat di malam hari bertaubat. (Demikian itu tetap terjadi) sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim)
Keutamaan taubat
Di antara keutamaan orang-orang yang bertaubat adalah: Allah SWT menugaskan para malaikat muqarrabin untuk beristighfar bagi mereka serta berdo’a kepada Allah SWT agar Allah SWT menyelamatkan mereka dari azab neraka. Serta memasukkan mereka ke dalam surga. Dan menyelamatkan mereka dari keburukan. Mereka memikirkan urusan mereka di dunia, sedangkan para malaikat sibuk dengan mereka di langit. Allah SWT berfirman:
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka kedalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak -bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari(pembalasan?)kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS.Ghaafir: 7-9).
Pembaca buletin Hidayah yang dirahmati oleh Allah, kita sadar bahwa usia kita terus berjalan tanpa kita ketahui kapan batas akhirnya. Maka selama mata kita masih di ijinkan untuk terbuka di esok hari, bersegeralah kita beryukur dan memohon ampun kepada Allah swt. Wallahua’lam bishowab.