[Berkah Sedekah] Retinoblastoma, Kanker Mata Kedua Bola Mata Aisyah

Menyaksikan warna-warni dunia kini menjadi sebatas mimpi yang teramat jauh bagi seorang bayi mungil di sudut Sunggingan, Ngaren, Pedan, Klaten. Dialah Aisyahlani Mutiara Hadina, putri pasangan Eko Norhadi dan Dina Puspita Sari yang lahir 18 Desember 2016. Aisyah yang kini berusia 1 tahun 6 bulan mengidap penyakit yang menyerang kedua bola matanya, Retinoblastoma. Kanker mata yang menggerogoti indera penglihatannya sejak bayi. Penyakit yang mengharuskan diambilnya bola mata kanan dan tidak berfungsinya bola mata kiri.

Sebelum terlahir, perkiraan HPL Aisyah yakni tanggal 15 januari 2017, namun karena terdeteksi placenta previa total yang menyumbat jalan kelahiran maka kemudian dijadwalkan caesar pada tanggal 22 Desember 2016. Belum sampai jadwal caesar, tanggal 18 Desember 2016 sudah terjadi sang ibu mengalami pendarahan. Hingga tindakan harus segera diambil untuk melahirkan bayi dalam kandungan Dina.

Aisyah lahir caesar dengan berat badan 2360 gram dan panjang 44 cm. Ketika tim medis yang menangani kelahiran Aisyah menyatakan bahwa bayi telah lahir, Dina merasa ada yang ganjil. Pasalnya, tidak terdengar suara tangis putri yang baru saja dilahirkan dari rahimnya. Ternyata, bayi tersebut teridentifikasi kekurangan oksigen dalam tubuh, sehingga harus menjalani opname di PICU-NICU RSI klaten selama 12 hari. Namun karena biaya perawatan yang saat itu sudah mencapai 23 juta rupiah dan terus membengkak sedangkan kondisi ekonomi keluarga tidak mampu memenuhi, pihak keluarga terpaksa meminta pulang meski kondisi bayi belum stabil.

Setelah berada di rumah, pada mata kanan bayi tepatnya di bagian retina muncul bintik bening yang lama-lama melebar, orang tua segera membawa ke dokter yang ditunjuk oleh BPJS. Oleh dokter tersebut disarankan menunggu hingga umur bayi diperkirakan dapat melihat, yaitu sekitar usia 5 – 6 bulan. Namun belum sampai waktu yang diperkirakan dokter, tanda yang sama muncul pada mata kiri bayi. Dengan tegas orang tua meminta rujukan ke rumah sakit besar.

Dokter kemudian merujuk ke PKU Muhammadiyah Delanggu poli mata. Dokter mendiagnosa bahwa bayi terkena Retinoblastoma. Untuk memastikan, dokter rumah sakit tersebut menyarankan untuk dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Surakarta. Hasil diagnosa yang sama disampaikan oleh dokter kedua. Untuk pemerikasaan lebih lanjut, pihak RSUD dr. Moewardi merujuk ke RS. dr. Sarjito Yogyakarta. Rujukan ketiga menyatakan diagnosa sama yaitu Retinoblastoma.

 

sebelum operasi
persiapan operasi

Di usianya yang saat itu baru berjalan 5 bulan, Aisyah harus menjalani fase-fase panjang. Selama 3 bulan Aisyah harus di rawat di bangsal kanker khusus anak dr. Sarjito Yogyakarta. Kedua orang tua yang menerima keadaan dan berusaha tegar mendampingi putri mereka. kakak Aisyah yang sudah menginjak usia sekolah dasar dititipkan ke pada nenek di desa dan tetap melanjutkan pendidikannya. Selama opname di dr. Sarjito Yogyakarta tersebut, Aisyah harus menjalani perawatan intensif karena daya tahan tubuh yang menurun. Observasi Retinoblastoma yang diidapnya hingga operasi pengangkatan mata kanan pun terjadwal pada 3 bulan yang deras air mata orang tuanya. Berbagai macam peralatan medis yang asing bagi Dina maupun Eko menempel di tubuh Aisyah mungil. Dan terhitung 2 kali tranfusi darah harus diterima Aisyah.

setelah operasi

Pasca pengangkatan bola mata tersebut sampai sekarang, Aisyah kecil masih harus menjalani kemotherapy hingga waktu penjadwalan yang sudah ditentukan oleh dokter di RS. dr. Sarjito Yogyakarta. Pelaksanaan kemotherapy dijalankan sesuai protokol pengobatan yaitu dari mulai awal minggu ke-0 sampai dengan minggu ke-105. Untuk saat ini bayi sudah menjalani kemotherapy sampai dengan minggu ke-51. Kedua orang tuanya senantiasa bersabar dan tetap tegar mendampingi tahapan pengobatan yang sesungguhnya sangat menyesakkan. Terlebih jika pembuluh Aisyah tidak mudah ditemukan dan harus diulang pemasangan jarum runcing itu. Tidak ada yang memenuhi benak kedua orang tuanya, selain pengharapan pada Sang Pencipta.

Meski sudah diperbolehkan pulang, datang ke RS dr. Sarjito Yogyakarta cukup saat jadwal kemotherapy, biaya yang dibutuhkan untuk perawatan di rumah, pengobatan dan kebutuhan Aisyah tidak bisa dikatakan sedikit. Retinoblastoma dan gizi buruk yang diidap Aisyah membutuhkan perawatan khusus meskipun di rumah. Karena penghasilan Eko sebagai guru honorer sebuah SD tidak jauh dari rumahnya tidak mampu menopang kebutuhan khusus tersebut, susu anjuran dokter pun belum mampu dipenuhi.

Tinggalkan Komentar

Scroll to Top