Sahabat Orange, pernahkah melihat batu yang bolong atau berlubang di tengahnya atau di sisinya dikarenakan tetesan air? Bisakah kita hitung berapa tetes air yang telah jatuh di atas batu tersebut? Saya yakin tidak ada yang sanggup menghitungnya. Ini menandakah bahwa tidak hanya sekali atau dia kali saja tetesan itu sanggup melubangi batu tersebut, namun sangat banyak dan intens.
Itulah perumpamaan hati orang islam. Jikalau ia telah mengeras tetapi ia rela ditetesi dengan cahaya Al Quran insyaaAllah hatinya akan melunak dan kembali dipenuhi cahaya. Sebaliknya jika hati keras tersebut hanya sekali atau dua kali saja menerima cahaya Al Quran atau bahkan tidak pernah sama sekali maka hati itu akan semakin keras dan mati.
(Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang-orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar 22)
Hati yang Mengeras
Sepanjang hidupnya, hati seseorang akan selalu berbolak-balik keadaannya antar keras dan lembut. Ketika kekerasan demi kekerasan ditambah berbagai maksiat yang menerpanya secara bertubi-tubi, ia akan mengeras. Akan tetapi ketika seseorang meningkatkan ketaatannya dan kembali kepada Allah, ia pun melembut kembali.
Faktor utama penyebab kerasnya hati ialah lalai dari Allah. Terlalu cinta dengan dunia dan lupa dengan akhirat, lalai dari berdzikir kepada Allah SWT, melupakan bahwa akan ada akhir zaman serta terperosok dalam ‘kubangan dosa kemaksiatan’. Seorang muslim tidak boleh menyerah begitu saja jika sebab-sebab ini datang; bahkan ia wajib cepat-cepat ‘mencucinya’ dari setiap noda yang melekat padanya, yakni dengan kembali (taubat) kepada Allah disertai ketundukkan yang penuh.
Allah SWT memuji nabi Ibrahim AS, Khalil-Nya, yang selalu kembali setiap saat sembari menghiba kepada-Nya; Ia berfirman:
“Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kepada Allah.” (Q.S. Hud:75).
Cahaya Al Quran yang Melembutkannya
“Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.” (QS. Al Hasyr:21)
Yakni apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Al-Qur’an ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya ia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah Swt. Lalu bagaimana dengan kamu, hai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah Swt. (tafsir Ibnu Katsir)
Sahabat, kitab Al Quran adalah kitab yang tidak ada keraguan sedikitpun di depan maupun di belakang ,akan menyinari setiap Qalbu yg membacanya ,menenangkan dan meguatkan jiwa yang menghayatinya. Al Quran memiliki keagungan dan kewibawan yang akan berbekas dalam hati, pegaruhnya tidak pernah terbatas dalam ruang dan waktu. Inilah tetesan-tetesan air itu, lantunan yang jika dalam membaca Al Quran hati kita akan merasa bergetar. Namun sebaliknya jika bacaan itu tidak membuat bergetar hatiya bahkan tidak berbekas sama sekali atau justru jiwanya tidak tenang maka ia lah orang yang merugi, hatinya telah buta.
Al Qur’an adalah kalamullah, perkataan Allah, Rabb pencipta langit dan bumi, bukan perkataan makhluk. Selain dapat menenangkan hati, membaca Al Quran akan diganjar banyak pahala. Bayangkan saja, 1 huruf dari Al Quran diganjar 1 pahala, dan 1 pahala akan dibalas dengan 10 kebaikan. Namun syarat untuk menenangkan hati tidaklah hanya sekedar membaca, tapi di-tadabburi, direnungkan maknanya sehingga dapat diamalkan.
Hati adalah sumber memahami dan menghayati Al Quran
Firman ALLAH swt. “Sesunguhnya kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya “ (QS. Al Kahfi:57)
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memehami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesunguhnya bukanlah mata itu buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. “ (QS. Al Hajj:46)
“Allah SWT sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya“ (QS. Al Ahzab:4)
Untuk memahami dan menghayati Al Quran di butuhkan hati yang suci dan cara yang benar dan dibarengi usaha yang maksimal, namun kita juga harus bahwa hati manusia ada di tangan Allah membolak-balikanya sesuai kehendaknya. Oleh karena itu tatkala kita bisa memahami dan menghayati Al Quran kita harus bersuyukur dan mengembalikanya kepada Allah, tidak boleh sombong dan congkak seakan-akan keberhasilan itu karena kerja keras kita semata. Allah berfirman:
“dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi manusia dan hatinya “ (QS. Al Anfal:24)
Al Quran obat segala penyakit jiwa, penenang segala kegelisahan, di dalam air mata kehidupan bersumber dan darinya cahaya dan lentera hati memancar. Ketika hati di penuhi cinta pada Al Quran maka dia akan suka membacanya, memahami dan menghayatinya, ingin selalu bertemu denganya namun sebaliknya apabila tidak ada cinta di dalamnya dia gelisah apabila dekat dengannya bahkan akan lari menjauh darinya.