Panggilan hati untuk terjun langsung ke dunia sosial masyarakat adalah hal langka meski hampir setiap orang dapat merasa iba. Merelakan waktu, tenaga, pikiran dan biaya untuk kepentingan orang lain yang bahkan bisa jadi orang tersebut sebelumnya tidak kita kenal sama sekali bukan hal yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Sekitar awal tahun 2000, panggilan hati untuk terjun langsung ke medan sosial kemanusiaan menyapa seorang pemuda bernama Hari Winarno. Seorang rekan mendatangi dan memintanya untuk membantu sebuah kegiatan sosial kala itu. Hari tidak mengabaikan panggilan hati untuk peduli. Kemudian iapun menyetujui untuk bergabung dalam Gerakan Khoiru Ummah.
Gerakan Khoiru Ummah ini intens memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, memberikan pendampingan pengobatan kepada orang miskin yang sakit bahkan hingga operasi besar jika memang diperlukan. Keterlibatannya dalam Gerakan Khoiru Ummah semakin memupuk jiwa kepedulian sosialnya. Kebahagiaan tersendiri menyaksikan senyuman yang mengembang dari orang lain ketika menerima manfaat melalui dirinya.
Kepedulian sosial yang terus terpupuk dan kebahagiaan yang tak dapat ia gambarkan mendorongnya untuk dapat meluaskan jangkauan kebermanfaatannya. Namun sayang, Gerakan Khoiru Ummah tidak berkembang menjadi yayasan ataupun lembaga resmi sehingga jangkauannya menjadi kurang luas menurutnya. Keinginannya untuk meluaskan jangkauan manfaatpun sempat terhenti.
Tahun-tahun berganti dan kabar baik menghampiri. Orang tua Hari yang memiliki aset rumah dengan ukuran cukup besar merasa sayang jika aset ini hanya terbengkalai dan tidak dapat bermanfaat. Bangunan yang dibiarkan akan lebih rapuh daripada bangunan yang dihuni. Belum lagi kemubadziran akan menggelayut pada bangunan yang terabaikan. Kemudian keluargapun sepakat ingin memanfaatkannya untuk kemaslahatan umat.
Alhamdulillah, melalui adik Hari yang berada di Klaten, keluarganya mengenal Dompet Sejuta Harapan (DSH) untuk pertama kali. Dan gayung pun bersambut. Setelah menghubungi kantor pusat DSH yang berada di Klaten, pihak DSH berkenan datang dan melihat langsung ke lokasi rumah yang berada di Citepus, Cilacap. Survei lokasi yang dilakukan pada tahun 2014 ini berlanjut dengan serah terima rumah tersebut untuk dimanfaatkan menjadi sekolah SMP Islam Citepus.
Sekolah Islam Citepus yang beralamat di Bojongsari RT 07 RW 03, Desa Citepus, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap ini kemudian berdiri menjadi sekolah berbasis Islam yang dikelola oleh Yayasan Dompet Sejuta Harapan khususnya cabang Citepus dan tetap melibatkan keluarga Hari Winarno. Dengan bergabungnya keluarga Hari Winarno secara aktif dikelembagaan DSH, impian Hari untuk meluaskan jangkauan manfaatnya tergapai sudah. Saat ditemui dikediamannya yang beralamat di Perum Kalidonan Jl. Donan Bulur No. C43, Cilacap, Hari mengaku bersyukur dapat bergabung dalam DSH ini. Karena DSH merupakan lembaga formal yang memiliki struktur yang jelas, sehingga arah gerak lebih luas dan maksimal.
Melihat kondisi masyarakat yang kekurangan dari segi finansial hingga tak mencukupi untuk biaya pendidikan dan kesehatan membuatnya ingin turut meringankan. Namun jika bergerak sendiri, ia merasa hasilnya kurang maksimal. Maka ia memantapkan pilihan bergabung dengan yayasan atau lembaga sosial kemanusiaan agar jangkauannya lebih luas.
“Pada dasarnya setiap orang punya kecenderungan untuk berbagi dengan orang lain.” ucap Laki-laki yang saat ini tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Pertanahan Kabupaten Cilacap ini. “Hanya mungkin tingkat kepedulian atau keinginan berbagi itu setiap orang bervariasai.” lanjutnya. Menurutnya, mungkin kita semua telah melakukan itu (peduli dan berbagi) dalam berbagai skala. Peduli pada tetangga, orang yang membutuhkan, atau bahkan ikut terjun langsung dalam kegiatan sosial di bawah naungan kelembagaan.
Berkecimpung dalam suatu lini kehidupan tentu akan merasakan suka duka perjalanan. Demikian halnya dengan Hari. Perasaan suka yang ia rasakan dijalan kemanusiaan ini adalah ketika melihat kebahagiaan dari senyum yang terpancar di wajah para penerima manfaat dari kita. Meskipun kita hanya sebagai jembatan penyalur, namun perasaan bahagia itu menular, sehingga kitapun merasa bahagia.
Tidak hanya suka, dukapun tak luput ia rasakan. Perasaan sedih menghampiri ketika cabang memiliki keterbatasan disaat ada yang benar-benar membutuhkan pertolongan. Kemampuan kantor cabang yang masih kurang dapat menjangkau harapan orang yang membutuhkan ini terkadang membuatnya sedih. Selain itu, perasaan sedih hadir ketika program donasi yang diajukan kepada orang-orang berada tak bersambut sesuai harapan. Ia menyadari, tidak semua orang mampu akan mudah tergerak untuk berbagi, karena ketaqwaan tidak dapat diukur dari kekayaan.
Suka duka yang ia rasa tidak membuat mundur terbesit dibenaknya. Hari tetap bertahan dan berharap semoga personil DSH Cabang Citepus lebih memiliki personil yang sesuai kualifikasi bidang kerjanya, sehingga tidak sekedar ada orang yang mengisi posisi kerja namun juga dapat maksimal dalam bekerja dan semoga DSH Cabang Citepus dapat berkembang membawa gerakan moral dan sosial di desa Citepus menjadi gerakan yang besar, minimal kecamatan, kalau bisa nasional bahkan internasional. [–/–/cn]